Kisah Abdullah Bin Zubair r.a - Kisah Inspiratif

Hasil gambar untuk Abdullah Bin Zubair ra Kisah

Keberanian dan Wafatnya Abdullah bin az Zubair R.a. - Keberanian Abdullah bin az Zubair R.a.
Diriwayatkan oleh at Thabrani dari Urwah bin az Zubair r.hum. katanya: Ketika Muawiyyah wafat, Abdullah bin Zubair kurang menyukai pelantikan Yazid bin Muawiyyah lalu menyatakan ketidak setujuannya itu. Perkataan itu sampai ke pengetahuan Yazid, maka ia bersumpah akan menangkap Abdullah bin Zubair.

Ia berkata kepada Ibnu Zubair, “Kami akan membuatkan rantai emas untukmu dan kamu akan memakainya di atas pakaianmu, dan kamu akan mendapatkan hartanya sebagai rampasan, dan perdamaian adalah lebih baik bagi kamu.”
Ibnu Zubair pun berkata, “Allah tidak mengambil hartanya sebagai rampasan.”
Ibnu Zubair berkata lagi, “Demi Allah, pancungan pedangku untuk tujuan yang mulia lebih aku cintai dari pukulan dengan cemeti atas tujuan yang hina.”

Kemudian ia menentang Yazid dengan terang-terangan. Oleh karena itu, Yazid mengangkat Muslim bin Uqbah al Mury sebagai ketua untuk membawa pasukan tentara dari penduduk Syam untuk memerangi penduduk Madinah (pengikut Abdullah bin az Zubair r. a.).
Setelah selesai dari tugasnya, ia pun berangkat dari Madinah menuju Makkah, kemudian Muslim bin Uqbah memasuki Madinah. Pada hari .itu, sahabat-sahabat Rasulullah saw., yang tinggal telah melarikan diri, lalu mereka membuat kerusakan dan pembunuhan yang melampaui batas di kota Madinah itu. Kemudian Muslim pun keluar dari kota Madlinah. Di dalam perjalanan Muslim meninggal dunia, lalu tempatnya digantikan oleh Husain bin Namir al Kindi. Kemudian Husain pun meneruskan perjalanan hingga sampai di Makkah. Di sana ia memerangi Abdullah bin az Zubair dalam beberapa hari.

Suatu ketika sampai ke pengetahuan Husain mengenai kematian Yazid bin Mua’wiyyah, lalu Husain pun berangkat pulang. Setelah Yazid meningg al dunia, Marwan bin al Hakam melantik dirinya sebagai pemerintah. Kemudian Marwan pun meninggal dunia, maka Abdul Malik melantik dirinya sebagai pemerintah dan penduduk Syain mendukungnya.
Suatu hari ia berkhutbah di atas mimbar, “Siapakah di antara kalian yang mau memerangi Abdullah bin az Zubair?”
Al Hajaj pun menjawab, “Aku ya amirul mukminin.”
Abdul Malik menolak kesediaan al Hajaj, kemudian Abdul Malik mengulangi pertanyaannya lagi, “Siapakah yang bersedia untuk memerangi Abdullah bin az Zubair?”
Sekali lagi al Hajaj menyatakan kesanggupannya tetapi tidak diindahkan oleh Abdul Malik hingga pada ketiga kalinya - barulah diterima oleh Abdul Malik.

Al Hajaj berkata, “Aku ya amirul mukminin! Sesungguhnya aku telah melihat dalam mimpiku bahwa aku menanggalkan jubahnya dan memakainya.”
Maka Abdul Malik pun melantik al Hajaj untuk memimpin pasukan tentara yang akan pergi menyerang Abdullah bin az Zubair.
Abdullah bin az Zubair pun berkata kepada pengikut-pengikutnya, “Kalian hendaknya mempertahankan kota Makkah dan dua buah bukit ini karena kalian akan mudah untuk menyerang selagi kalian menguasai dua bukit ini.”

Wafatnya Abdullah bin Zubair
Al Hajaj dan pasukan tentaranya meryerang dari bukit Qubis dan menyerang kota Makkah dengan Manjanik (sejenis bom dari batu). Al Hajaj menyerang Abdullah bin az Zubair dengan manjanik ketika Abdullah sedang berada di dalam masjid. Pada keesokan harinya, pada hari kematian Abdullah bin az Zubair,

Abdullah masuk menemui ibunya, Asma’ binti Abu Bakar r. ha.. Ketika itu ia telah berusia seratus tahun, namun ia tidak dimakan usia dan giginya tidak ada yang tanggal, penglihatannya juga masih jelas. Ia berkata kepada anaknya, Abdullah, “Ya Abdullah. Apakah yang telah kamu lakukan dalam peperangan kamu?”
Abdullah menjawab, “Kami telah berada pada peringkat sekian....” Abdullah pun tertawa sambil berkata, “Sesungguhnya kematian itu adalah satu peristirahatan.”

Ibunya berkata, “Wahal anakku! Semoga kamu mengharapnya untukku bahwa aku tidak suka mati sehingga aku dapat melihatmu memperoleh di antara dua tujuan, apakah kamu akan menang, lalu menyejukkan mataku, atau pun kamu kalah dan terbunuh, sehingga aku akan berdoa agar kamu diberi pahala.”

Kemudian Abdullah meninggalkan ibunya, sementara ibunya berkata kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah kamu mengorbankan walau sedikit pun dari agamamu karena kehidupan dunia, karena takut akan kematian.”

Kemudlan Abdullah berangkat dari sisi ibunya lalu memasuki masjid. Ia telah membangun penyangga untuk melindungi Hajar Aswad dari terkena manjanik. Seseorang datang kepada Abdullah yang sedang duduk di samping Hajar Aswad dan berkata kepadanya, “Apakah patut kami membukakan untuk kamu pintu Ka’bah agar kamu bersembunyi di dalamnya.”

Abdullah memandang ke arahnya dan berkata, “Kamu boleh melindungi saudaramu dengan apa saja kecuali maut yang telah ditetapkan untuk dirinya. Adakah kehormatan bagi Ka’bah jika tidak pada tempat ini? Demi Allah, jika mereka mendapati kamu, mereka akan membunuh kamu walaupun kamu bersembunyi di balik kelambu Ka’bah ini,”

Maka dikatakan kepadanya, “Apakah kita harus berdamai dengan mereka?”. Ia menjawab, “Haruskah perdamaian itu diadakan sekarang. Demi Allah! Jika mereka menjumpai kamu di dalamnya, mereka akan menyembelih kamu semuanya.”

Kemudian ia bertemu dengan pengikut-pengikutnya dan berkata kepada mereka sambil memberi semangat, “Hendaklah semua orang dari kalian tetap menghunus pedangnya sebagaimana kalian memelihara wajah dari dilukai.”
Sekumpulan tentara Syam telah masuk melalui pintu Bani Jamuh dan Aswad berada di antara mereka.

Abdullah bertanya, “Siapakah mereka itu?”
Seseorang memberitahunya bahwa mereka adalah dari penduduk Syam. Abdullah pun menyerang mereka dengan dua belah pedangnya, Orang yang pertama yang ditemui oleh Abdullah adalah Aswad. Ia berhasil memukul Aswad dengan pedangnya hingga putus kakinya.
Aswad berkata kepadanya, “Saudaraku, anak wanita pezina.”
Abdullah berkata kepada Aswad, “Celaka kamu! Ibuku adalah Asma’. Adakah ia pezina?”
Kemudian ia pun mengusir Aswad keluar dari masjid. Sekumpulan tentara juga masuk melalui pintu Bani Sahm.
Abdullah bertanya, “Siapakah mereka itu?”

Ia diberi tahu bahwa mereka adalah orang-orang Yordania. Ia terus menyerang mereka lalu mengusir mereka dari masjid. Dari luar masjid mereka juga dihujani lontaran batu. Salah satu batu itu mengenai kepala Abdullah bin az Zubair hingga Ia wafat syahid.
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
Thanks for your comment